Langsung ke konten utama

Bedah film “Jalan Dakwah Pesantren”


          Jalan Dakwah Pesantren adalah film yang bergenre dokumenter dengan latar belakang pesantren dan tanpa menghilangkan identitas pesantren itu sendiri. Film yang berdurasi 38 menit ini dibuat oleh Ustadz Hamzah Sahal dan kawan-kawan, yang selesai digarap pada tanggal 22 Oktober 2015, saat Hari Santri Nasional pertama kali disahkan. Film ini sudah diputar sebanyak 45 kali, dan yang terakhir di Asshiddiqiyah.  Rencananya, film ini akan diputar di 17 universitas di beberapa Negara di Benua Biru.
            Islam mulai dari Malaka sejak abad ke 14, dan Walisongo berhasil menyebar luaskan dalam kurun waktu 50 tahun. Pesantren muncul karena dulu terdapat anak raja yang ingin mengajarkan anaknya, lalu raja memberi kesempatan kepada para ulama untuk mengajarinya, dengan memberikan rumah, dll. “Yang dicari di Pesantren ya manfaat dan berkah ilmunya. Karna sebaik – baik manusia bukan yang paling pintar, tapi bermanfaat bagi orang lain. Film ini menepis anggapan bahwa santri identik dengan kudet atau keterbelakangan. Nyatanya, santri bisa menjadi apa saja, dan mewarnai apa saja.” Papar Ginanjar Sya’ban.

            Biasanya, film yang bertajuk keagamaan melihat sudut pandang ke Timur Tengah. Padahal Indonesia sendiri adalah negara dengan mayoritas muslim. Harusnya, bisa menjadi kiblat baru bagi muslim lainnya. Seperti kutipan ulama “Islam lahir di Mekkah, berkembang di Baghdad, dan berpusat di Indonesia”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen : Sesobek surat untukmu kakak By Ibrahim Adham Al-falah

           Kehangatan matahari pagi dari ufuk timur menggelayuti kulit gelapku, seakan mengucapkan selamat pagi kepadaku. Aku duduk termenug di depan rumahku, tepatnya di kursi tua nan rapuh yang mulai habis di makan oleh waktu. Kegelisahan terus mencakar-cakar pikiranku, bagaikan orang yang kehilangan cahaya di tengah kegelapan. Detik demi detik di pagi ini terasa sangat berat bagiku. “Sebaiknya anda sabar menghadapi kenyataan ini… adik anda…. di diaknosa mengidap penyakit….. kanker otak….”. itulah ucapan dokter tadi malam di suatu rumah sakit di daerah Jakarta. Ketika mendengarnya, telingaku serasa di tusuk oleh pedang yang sangat tajam, dan seakan-akan pedang itu juga menusuk hatiku secara bertubi-tubi. Sebenarnya, aku masih belum bisa menerima ucapan dokter tadi malam. Adikku yang baru berusia enam tahun ini harus menderita penyakit seganas itu. Sekarang, aku baru sadar bahwa prestasi tinggi, nilai bagus di kelas, dan kecerdasan yang hampir menyentuh kata sempurna, belum bisa me

Seminar Membuat berita yang baik bagi santri

Dalam rangka memeriahkan Hari Lahir Asshiddiqiyah yang ke-32, panitia mengadakan acara seminar yang berjudul “Dinamika Informatika” yang bertajub “aktif dan beretika dalam sosial media”, Jum’at 10 Maret 2017, di aula pendopo Asshiddiqiyah Pusat. dalam hal ini, panitia mengundang narasumber multiprofesi yang juga termasuk dosen Universitas Esa Unggul Jakarta, Budisatrjo Adiwibowo. S. E. Beliau menjelaskan bagaimana kehidupannya di dunia luar, moderator yang juga menjadi salah satu ustadz di pondok pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Ustadz Mukhtar Tohir menggeleng-gelengkan kepala karena takjub akan suksesnya pria yang akrab di sapa Bang Budi tersebut.                 Bang budi menjelaskan beberapa dampak positif yang dapat dicongkel dari sosial media pada awal penjelesannya. Salah satunya adalah sosial media dapat memudahkan kita untuk bebas berekspresi di dalamnya, namun beliau juga berpesan agar tidak terlalu berlebihan dalam mengekspresikan apa yang keluar dari pikiran kita, karen